Senin, 12 September 2011

LEMBAYUNG SENJA DI BULAN RAMADHAN

Lantunan-lantunan ayat-ayatMu telah banyak kudengar di bulan ini, semua muslim di dekat gubukku saling berlomba untuk mencapai kemurahan hatiMu dan mendapatkan RahmatMu. Kegembiraan telah terlihat dari linangan mata para sesepuh disekitar gubukku dan suara anak-anak kecil saling bersaut paut dan riuh bertaluh mendendangkan solawat dari surau depan gubukku yang rapuh.

Ketika para sohib-sohibku menunggu untuk jalan bersama menuju surau tuk lakukan solat tarawih, disinilah aku dapat meratapi segala dosa-dosa yang telah tertumpuk dipundakku ini. Ketika aku hendak melantunkan ayat-ayatsuci Al – Quran, tiba-tiba lidahku terasa kaku seakan-akan ludahku menjadi lengket di bibir. Aku sadari telah lama aku biarkan Al – Quran ini berdebu di lemariku, telah lama ku tidak membukanya berbeda ketika aku masih kecil yang selalu memelukmu ketika hendak mengaji di surau dan menciummu setelah aku membaca firman-sang Kholik di dalammu. Kini aku telah meratapi segala dosa-dosa dan bukakanlah pintu taubat untukku.

Kini surauku akan akuramaikan dengan lantunan anak-anak kecil yang belajar mengaji, sungguh keusadari peranan sang bunda dalam mencerahkan hidupku dalam meniti jalan yang lurus dan berada dalam ridho sang Ilahi.

“ wahai saudaraku yang semanis lembayung senja, telah kulihat preubahan dari dirimu, teruskanlah niatmu, teruslah berada di jalan ini, dan janganlah sekali-kali kamu menengok ke belakang, karena di belakangmu merupakan sebuah kesia-siaan belaka yang akan membuatmu rugi”. Sebuah sura yang kudengar dalam mimpi yang membuatku terjaga dari ribuan detik dalam tidur.

Ramadhan kali ini membuatku seperti bayi dalam perjalanan menuju keimanan terhadap Allah SWT.

Aku tak tau kapan datangnya malam yang lebih baik dari seribu bulan. Namun aku akan tetap menatap ke bilah tuk mengharap kemurahan hatiMu dalam menerima taubatku, semoga engkau dapat menghapus lembaran-lembaran hitam hingga yang ada hanyalah lembaran-lembaran putih.

Kini RamadhanMu akn berakhir, semoga senja terakhir ini dapat melukiskan keimanan abadi dalam bingkai hatiku. Dan semoga engkau dapat mempertemukanku kembali dengan Ramadhan berikutnya.

Sebentar lagi lantunan takbir kemenangan akan terdengar dari pintu-pintu suaru disekitarku, ya… Allah….!!! Jadikanlah aku orang yang teguh dalam keimanan terhadapmu seperti umat-umat yang teguh imannya sebelum aku.

Semoga alunan suara lembayung senja dalam mimpiku akan selalu bersamaku, untuk mengingatkanku ketika aku berada di persimpangan jalan dan ketika aku berada dalam kebingungan yang nyata dalam meimlih arah yang benar.

“wahai saudaraku di alam mimpi, semoga kita dapat bertemu lagi dalam mimpi-mimpi berikutnya, dan kututup goresan tinta ini dengan ucapan salam …!!!