REDUPNYA SANG BINTANG
By : Abdul Asis, S.Pd
Ketika itu gemuruh sedang bercengkrama dengan petir, gemercik air di pancoran meramaikan kegelisahan seseorang yang sedang dilanda masalah dalam menentukan masa depan.
Tedjo…..!!! begitulah aku memanggilnya. Dia adalah seorang siswa yang memiliki prestasi yang gemilang dalam hal pelajaran. Sebagai seorang guru saya merasa bertanggung jawab dalam mengembangkan pendidikan siswa.
Tedjo adalah siswa yang belajar di sekolah desa, namun dia memiliki kecerdasan yang setara dengan siswa yang bersekolah di kota. Ketika sekolah kami mengikuti cerdas cermat di tingkat kabupaten, sekolah kami berhasil meraih prestasi yang gemilang. Sungguh aku merasa kagum dengan sosok siswa yang satu ini.
Namun sesuatu yang tidak diinginkan terjadi begitu saja, ketika itu ditengah-tengah lantunan tetesan air hujan, kulihat tedjo bermurung diri. Seolah-olah pikirannya terfokuskan oleh sesuatu. Lalu kuhampiri dia dan aku memulai pembicaraan.
“ Tedjo…!!” Tegurku.
“Eh bapak…!!!” jawabnya
“Kulihat dari tadi kamu menyendiri, dan seolah-olah kamu sedang memikirkan sesuatu. Bolehkah aku menjadi pendengar dari segala keluh kesahmu” pancinganku untuk menjadi teman obrolnya.
“Ah tidak ada apa-apa Pak..?? Hanya saja saya begitu asyik memandangi tetesan air hujan ini” dia mencoba mengelak.
“Sudahlah, saya ini gurumu jadi kamu tidak perlu malu…!!! Tegasku.
“Baiklah Pak, saya akan menceritakan maslah yang kini saya hadapi…” dia mulai terpancing.
“Ok, lanjutkan…!!” pintaku.
“Kemarin saya mendengar kabar kalau ayahku meninggal dunia di daerah perantauannya. Kini keluargaku hanya tinggal saya dan adik saya beserta ibu saya. Kini saya harus menjadi tulang punggung keluarga. Saya akan berhenti sekolah pak mulai minggu depan, karena saya akan ikut paman berlayar bersama paman saya…” curhatnya padaku.
Dahiku mengkerut…. Mendengar perkataan murid kesayanganku ini.
Anak seusia dia sudah harus menjadi tulang punggung keluarga, aku terus berusaha dan membujuknya untuk melanjutkan pendidikannya sampai kejenjang yang lebih tinggi. Bahakan aku telah berusaha untuk menawarkan beasiswa padanya, namun dia tetap saja kokoh pada pendiriannya.
Kini hari-hariku disekolah menjadi keruh karena kosongnya bangku di urutan terdepan. Sudah hilang bintang kelasku. Namun akau akan berusaha menyinarkan bintang-bintang bari di dalam kelasku… agar kelasku tidak redup dalam mengembangkan pendidikan. Karena pendidikan tidak akan pernah habis untuk dikunyah oleh semua manusia yang ada di muka bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar